Kamu masih ingat, Nok.. Di “blandongan’ samping rumahmu.. begitu
telatennya Bapakmu menitip pesan sebelum kamu mengangkat koper
meninggalkan Cilamaya menuju ibukota untuk tinggal bersama bibi-mu..
Aku yg ikut berdiri di samping mu, dg jelas mengikuti gerak bibir bapakmu yg penuh petuah itu..
Bapakmu bilang.. “Sebenarnya, masing masing dari kita adalah unix.!.-- Masing masing dari kita adalah keajaiban yg hidup dan bernyawa”.
Masing masing dari kita memiliki tubuh fisik yg berbeda dan masing masing dari kita memiliki Pikiran dan perasaan yg berbeda pula di setiap detiknya..
Maka, meskipun kamu mengganti nama, menyantap apa yg temanmu makan, dan membaca buku seperti yg temanmu baca, tetap saja kamu ga bakal bisa menjadi pribadi yg sama persis seperti dia..
Jadilah diri sendiri sesuai panggilan jiwa. Jujurlah dg diri sendiri untuk mengakui kekurangan dan terus mencoba untuk memperbaikinya.-- Bukan menjadi “apa dan siapa” yg menentukan kamu jadi seorang yg hebat, tapi menjadikan hidup kamu memiliki makna dan arti untuk orang lain.
Hidup selalu terbungkus oleh banyak lapisan, kata Bapakmu, dan kita hanya melihat lapisan luar dan tidak tahu isi dalamnya.-- Semua orang punya cerita suka dan duka. Begitulah hakekat hidup.
Jangan mengeluh karena masalah.-- Hayatilah dibalik semua masalah maka semuanya akan membuat hidup menjadi bermakna.. Jangan bandingkan hidup kita dg orang lain, karena orang lain belum tentu lebih bahagia dari kita.
Terusss kata Bapakmu sambil agak sedikit berbusa.... “Indahnya kehidupan, bukan terletak dari banyaknya kesenangan, tapi terletak pada rasa syukur kepada TUHAN.... Bersyukurlah dalam segala hal, sebab itulah yg dikehendaki TUHAN”..-- Saya sempat merinding denger wejangan Bapakmu, Nok.
Kata Bapakmu lagi... “Kamu tau.. Bijak bukan berarti tidak pernah salah... Bahagia bukan berarti tidak pernah susah... Sukses bukan berarti tidak pernah gagal”.
Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar, maka kehidupan di dalam telur berakhir... Namun, jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari dalam, maka kehidupan baru telah lahir.. “HAL-HAL BESAR selalu dimulai DARI DALAM.
Kamu paham maksudnya, Nok..?.-- Kamu hanya diam.. dan terus pergi meninggalkan desa sambil mengikuti langkah bibimu menuju kota.
Bapakmu bilang.. “Sebenarnya, masing masing dari kita adalah unix.!.-- Masing masing dari kita adalah keajaiban yg hidup dan bernyawa”.
Masing masing dari kita memiliki tubuh fisik yg berbeda dan masing masing dari kita memiliki Pikiran dan perasaan yg berbeda pula di setiap detiknya..
Maka, meskipun kamu mengganti nama, menyantap apa yg temanmu makan, dan membaca buku seperti yg temanmu baca, tetap saja kamu ga bakal bisa menjadi pribadi yg sama persis seperti dia..
Jadilah diri sendiri sesuai panggilan jiwa. Jujurlah dg diri sendiri untuk mengakui kekurangan dan terus mencoba untuk memperbaikinya.-- Bukan menjadi “apa dan siapa” yg menentukan kamu jadi seorang yg hebat, tapi menjadikan hidup kamu memiliki makna dan arti untuk orang lain.
Hidup selalu terbungkus oleh banyak lapisan, kata Bapakmu, dan kita hanya melihat lapisan luar dan tidak tahu isi dalamnya.-- Semua orang punya cerita suka dan duka. Begitulah hakekat hidup.
Jangan mengeluh karena masalah.-- Hayatilah dibalik semua masalah maka semuanya akan membuat hidup menjadi bermakna.. Jangan bandingkan hidup kita dg orang lain, karena orang lain belum tentu lebih bahagia dari kita.
Terusss kata Bapakmu sambil agak sedikit berbusa.... “Indahnya kehidupan, bukan terletak dari banyaknya kesenangan, tapi terletak pada rasa syukur kepada TUHAN.... Bersyukurlah dalam segala hal, sebab itulah yg dikehendaki TUHAN”..-- Saya sempat merinding denger wejangan Bapakmu, Nok.
Kata Bapakmu lagi... “Kamu tau.. Bijak bukan berarti tidak pernah salah... Bahagia bukan berarti tidak pernah susah... Sukses bukan berarti tidak pernah gagal”.
Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar, maka kehidupan di dalam telur berakhir... Namun, jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari dalam, maka kehidupan baru telah lahir.. “HAL-HAL BESAR selalu dimulai DARI DALAM.
Kamu paham maksudnya, Nok..?.-- Kamu hanya diam.. dan terus pergi meninggalkan desa sambil mengikuti langkah bibimu menuju kota.