CHAPLIN Yang Pernah Ditonton Orang CILAMAYA

Iklan

CHAPLIN Yang Pernah Ditonton Orang CILAMAYA

CILAMAYA MENULIS
25 December 2019

Baheula di Cilamaya untuk menyaksikan tontonan film itu, selain bisa datang ke Bioskop Alam-Jaya yang jadi legenda ‘Urang Cilamaya’, juga bisa menyaksikan lewat layar tancap yang digelar oleh perusahaan jamu. Arena yang dijadikan untuk “ngagelar klasa urang cilamaya’ menyaksikan film hitam putih itu di area tanah pasar, yang siangnya dijadikan pangkalan sado.

Selain memutar film, biasanya perusahan jamu itu memulainya dengan propaganda produknya yang dibawakan oleh orang-orang bertubuh kerdil, yang cilamaya sebut “kelawar ceprot!”. Di atas kap mobil, para kelawarceprot itu berdendang dan menari sambil mengacung-acungkan jamu produk terbaru dari perusahan itu.

Sepertinya perusahaan jamu itu tau apa yg dimau orang cilamaya. Tiap pagelaran nonton bareng lewat layar tancap itu, sengaja produsen jamu itu memutarkan film kesukaan orang cilamaya, yakni Film Chaplin. Saking seringnya menyaksikan chaplin dalam tiap pertunjukan filmnya, sampe orang cilamaya hafal sosok chaplin. Pria pendek berkumis hitam ‘seadanya, pake setelan tuksedo, topi pesulap, serta tongkat kayu yang selalu ia bawa. Meski dalam film nya Chaplin gak pernah ngomong. Cuma menjual gerak tubuhnya, tapi itu bisa membuat orang cilamaya ‘ngakak.!..


 O, ya... Charlie Chaplin lahir di London, Inggris, 16 April 1889. Ayahnya seorang penyanyi dan aktor serba bisa, sedangkan ibunya—yang dikenal dengan nama panggung Lily Harley—juga aktris dan penyanyi dengan reputasi cukup moncer di dunia opera. Namun, masa kecil Chaplin jauh dari ideal. Keluarganya miskin. Sang ayah meninggal saat usia Chaplin belum genap sepuluh tahun. Sementara ibunya kerap sakit-sakitan. Kombinasi situasi itu memaksa Charlie dan abangnya, Sydney, bertahan hidup dengan apapun yang ada di sekeliling mereka.

Chaplin mulai mencari peruntungan untuk menghasilkan uang dengan terjun ke dunia hiburan. Ia merasa telah mewarisi bakat dari kedua orangtuanya yang malang melintang di panggung pertunjukan. Debut penampilannya terjadi saat ia tampil bersama kelompok remaja The Eight Lanchasire Lads.

Pada 1910, Chaplin melancong ke Amerika Serikat bersama rombongan Fred Karno Repertoire Company. Bagi Charlie, Paman Sam adalah tanah harapan untuk mewujudkan mimpinya jadi aktor ternama yang kaya raya. Penampilan perdana berlangsung mulus. Penonton puas dan memuji aksi Charlie dalam lakon berjudul “A Night in English Music Hall.” ----Dua tahun berikutnya, ketika Chaplin kembali ke Amerika, ia ditawari kontrak bermain film oleh Keystone Film Company. Pihak perusahaan menyodorkan gaji $150 per seminggu. Charlie pun mengiyakan. Kesempatan emas tak datang dua kali, demikian pikirnya.


Perlahan kariernya menanjak. Ia mulai dikenal sebagai karakter gelandangan kocak dalam film-film bisu. Tahun-tahun itu, belasan judul film ia lakoni, misalnya The Floorwalker, The Fireman, The Vagabond, One A.M, The Count, The Pawnshop, The Rink, dan The Immigrant. ----Kesuksesan tersebut turut mengubah hidup Chaplin. Ia jadi kaya, mengutip pendapat Richard Brody dari The New Yorker, menggunakan kekayaannya sebagai "alat berkesenian" dengan mendirikan studio film di La Brea Avenue, Hollywood.

Dari sinilah Chaplin menapaki masa kejayaannya. Film-filmnya menuai pujian. Misalnya The Circus (1928), yang mengisahkan gelandangan yang bergabung dengan sirkus karena tidak sengaja tersandung seperti badut. Kemudian City Light (1931) di mana Chaplin memerankan gelandangan yang jatuh hati pada gadis tunanetra dan berkawan dengan jutawan pemabuk. Tak ketinggalan, Modern Times (1936), yang mengisahkan kejamnya industri modern.

Karena dituduh komunis, Chaplin diusir dari Amerika. Pada 1952, malah Chaplin dilarang masuk ke negeri paman Sam itu. Untuk menganulir larangan itu, Chaplin harus mengajukan permohonan kembali sebagai imigran dan melaporkan segala aktivitas politik maupun kehidupan pribadinya.
Chaplin paham dan menolaknya, hal tersebut hanya akal-akalan pemerintah Amerika untuk membenarkan tuduhan komunis kepadanya. Ia memilih tinggal di Swiss sampai akhir hayatnya pada 25 Desember 1977. Cahplin meninggal pada usia 88 tahun, tepat hari ini 42 tahun lalu.

Jauh sebelum Chaplin meninggal, orang cilamaya juga udah jarang liat filmnya. Karena perusahaan jamu itu tak pernah lagi datang untuk berpropaganda. Begitu juga dengan keberadaan bioskop Alam Jaya yang jadi kebanggan ‘urang cilamaya. Bangkrut dan terkubur bersama ribuan cerita Nostalgianya.