Jika Cilamaya Banjir, Sekarang Giliran Siapa Yang Disalahkan.?

Iklan

Jika Cilamaya Banjir, Sekarang Giliran Siapa Yang Disalahkan.?

CILAMAYA MENULIS
18 December 2019

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah meminta masyarakat untuk waspada dengan cuaca ekstrem, khusus curah hujan yang tinggi. Untuk tahun ini, BMKG memprediksi musim hujan akan berlangsung dari bulan Desember ini hingga Januari tahun depan. Seperti kebanyakan daerah di nusantara, derasnya hujan selain rawan banjir juga kadang disertai tanah  longsor.

Kalo tanah longsor, sepertinya jarang terdengar di desa kita, ya.?. Beda dengan banjir. Waktu saya kecil di Cilamaya pernah juga ngerasain liat banjir. Mungkin seperti kamu kecil dulu, kalo banjir datang para orangtua pada ‘nelangsa, sibuk menambak pintu rumah pake tanah, malah kita yang masih pada Balita kegirangan liat datangnya air banjir dari kali Cilamaya yang warnanya coklat seperti bajigur.!

 
Luapan air yang datang melebihi tinggi tanggul itu, bisa meluber sampe ke jalan raya. Saat itu lah para Balita ‘pesta. Bisa ngebak di ‘buteknya air kali yang membanjiri jalanan. Juga bisa teriak-teriak kegirangan saat mobil datang melintas yang bisa menciptakan ombak hingga air masuk ke dalam rumah.

Meski dahulu saya kecil di cilamaya pernah ngeliatin banjir, tapi rasanya itu jarang-jarang. Artinya ga setiap musim hujan datang. Memang sungai di desa kita itu sering banjir. Tapi kalo air datangnya ga merajalela, paling warga di sana hanya menonton di tepian tanggul.

Pada waktu itu penyebab banjir bisa meluap ke jalan raya, karena warga yang pada bermukin di dalam bantaran kali sengaja membobol tanggul itu untuk “berbagi-derita” dengan warga yang jauh bermukim di luar tanggul. Konon, dengan cara membobol tanggul, para penghuni dalam bantaran tanggul itu berharap airnya akan segera bisa cepat surut.

 
Untuk mengatasi hal ini, sekitar tahun 75’an, ketika Kepala Pengawas Pengairan Cilamaya di jabat Bp.Muhyi, pernah dilakukan upaya mengurangi banjir dengan cara merelokasi penduduk yang bermukim di dalam bantaran tanggul. Mereka yang dianggap ‘biang keladi penyebab terjadinya banjir di Cilamaya dipindahkan ke lahan tanah di luar area tanggul. Ada yang ditempatkan di belakang daerah Barahan, selebihnya ditempatkan di sekitar Kerajan Pangkalan.

Kemudian mulai dari Gempol hingga ke Muara Cilamaya, ketinggian tanggul ditambah dengan cara menumpuk karung plastik berisi tanah. ‘Proyek itu banyak menyerap tenaga lepas untuk menjadi pekarja membuat tanggul dalam upaya menangkal banjir sungai Cilamaya.

Semenjak itu banjir tidak lagi rajin datang menyapa daratan jalan raya dan pemukiman warga di sana. Jika sekarang terjadi lagi banjir di Cilamaya... “Giliran siapa yg disalahkan?”.