Tetangga Cilamaya Itu Bernama Blanakan.

Iklan

Tetangga Cilamaya Itu Bernama Blanakan.

CILAMAYA MENULIS
17 December 2019


Cilamaya yang berada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, memliki beberapa tetangga kecamatan, diantaranya Kecamatan Blanakan yang berada di Kabupaten Subang. Batas wilayah antar dua kecamatan yang berbeda kabupaten itu dipisahkan oleh bentangan aliran sungai Cilamaya yang konon sekarang warna airnya mengenaskan..”Hitam bagai oli bekas.!”.

Blanakan yang berada di muara pantai itu, selain memiliki tempat pelelangan ikan juga terdapat tempat penangkaran buaya, dan memiliki agenda tahunan yakni pesta laut, yang disebut Ruwat Laut.! Tradisi ini dilaksanakan setiap setahun sekali sebagai wujud rasa syukur dan pengharapan berkah atas hasil laut yang melimpah serta keselamatan para nelayan di sana.

Dari sumber yg saya baca dari Tabloid-Target, Blanakan memiliki cerita tentang “Mbah Buyut Perahu” yang di anggap orang pertama memasuki desa ini.--- Konon, Mbah Buyut Perahu, sperti yang ditulis media itu, adalah seorang raja Jawa yang sedang berlayar menuju Sumatera. Dalam pelayaran itu, rombongan raja kehabisan perbekalan, maka diputuskan untuk menepi mencari logistik yang kebetulan pantai yang mereka darati itu adalah desa Blanakan.

Digambarkan, kondisi Blanakan pada saat itu masih jadi hutan bakau. Kemudian Raja bersama para punggawa mendarat di lebatnya hutan Blanakan untuk berburu binatang atau apa saja yang bisa memenuhi perbekalan di kapal. Namun, para punggawa yang mengawal raja berburu memiliki niat jahat untuk mengusai harta yang ada di kapal, maka Raja pun dibunuh di tengah hutan bakau. Setiba rombongan di kapal, permaisuri bertanya kepada para punggawa.."Kemana Raja.?", para punggawa itu menjawab.. "Raja tewas diterkam binatang". Permaisuri tak percaya, dia kepengen liat TKP tempat raja tewas. Para punggawa menghalanginya dengan brutal, malah memperkosanya.

Namun..’"Kligane bae"..(Hahaha.."kligane bae", bahasa cilamaya banget.!), nasib berkehendak lain, sebelum Permaisuri diperkosa, tiba-tiba kapal yang penuh harta itu karam bersama seluruh penumpanya yang hanya menyisakan tiang layarnya saja. Setelah ratusan tahun dari peristiwa itu, rawa dan hutan bakau Blanakan menjadi daratan yang bisa dihuni oleh para nelayan.

Katanya siihh., keberadaan tiang layar perahu masih ada hingga hari ini. Dan oleh warga lokasi dimana perahu itu tenggelam telah dibangun makam yang di kenal dengan makam Mbah Buyut Perahu. Keberadaan makam itu hingga sekarang masih banyak dikunjungi warga. Selain untuk berziarah, ada  juga yang mengadakan ritual kepengen coba-coba mengangkat harta yang terpendam di sana.

Versi lain ada yang menyebut nama Blanakan itu berasal dari kata “Belah sanak!”. atau “memutuskan hubungan kerabat”.– Seperti ditulis Udzen’s Site di blanakanku.blogspot.com, dia bercerita,.. Dahulu ada seorang nelayan bernama Ki Buyut Perahu berlayar bersama istri dan adik lelakinya untuk mencari nafkah. Dalam perjalanannya mereka singgah dan menetap disalah satu tempat yang masih ‘perawan, berupa rawa yang jumlah penduduknya masih sedikit. Ketiga orang tersebut hidup dengan cara mencari makanan di tepi sungai atau melaut. 

Dikisahkan oleh Udzens, pada suatu hari Ki Buyut Perahu berangkat melaut tetapi hari itu tanpa disertai adik lelaki. Setelah seharian melaut, Ki Buyut pulang ke rumah dengan hanya membawa seekor ikan.. dan.. betapa terkejutnya, sesampai di rumah, ia mendapati adik lelakinya sedang “bercinta” dengan istrinya. Seketika Ki Buyut marah dan berteriak.. Mulai hari ini kita ‘belah sanak.. Putus hubungan keluarga. !”.

Pertengkaran yang ditonton warga itu, ucapan Ki Buyut yang menyebut “Belah sanak” mengilhami warga untuk memberi nama tempat yang mereka tinggali jadi “Blanakan”. Dan seekor ikan yang dilempar Ki Buyut dari hasil melautnya itu, dinamakan ikan Blanak, asal kata dari “Blenak”, bahasa Jawa pantura yang artinya.. “Kaga seddaaaaaaappp.!”.

Sesuai dengan perasaan Ki Buyut Perahu yang tak sedap melihat pemandangan istri dan adik lelakinya kepergok sedang bercinta.