Seperti
yang ditulis media Pikiran Rakyat, sungai Cilamaya yang berada di Kabupaten
Karawang tiba-tiba meluap pada Rabu, 1 Januari 2020 siang, dan air masuk
Perumahan Pratama Permai, Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan. Air bah juga
menerjang ratusan hektar sawah di Desa Mekarmaya dan Cilamaya, Kecamatan
Cilamaya Wetan.
Didin
Wahyudin (59), salah seorang warga Perum Pratama Permai menuturkan, air mulai
menggenangi rumah warga sekira pukul 11.00 WIB. Air tersebut berasal dari
luberan Sungai Cilamaya yang sejak Minggu dini hari memang mengalami
peningkatan siginifikan.
“Diduga
kuat, ada beberapa titik tanggul yang amblas sehingga air mengalir liar ke
persawahan dan pemukiman penduduk”, ujar Didin, seperti dikutip Pikiran Rakyat.
Konon,
menurut Didin, jika volume air sungai Cilamaya meningkat, memang Perum Pratama
Permai yang berada di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan itu yang paling
dahulu terendam. Dikatakan pula, pada 2019 lalu Perum Pratama Permai selamat
dari terjangan banjir kerena permukaan tanggul yang ambles telah ditinggikan
kembali. Namun, di awal 2020 banjir kembali datang, diduga ada badan tanggul
yang jebol atau amblas.
"Air
datang begitu cepat. Akibatnya banyak barang di dalam rumah yang terendam
karena terlambat di evakuasi ke tempat yang tinggi. Demikian pula, warga baru
mengungsi setelah rumahnya dikepung banjir," tambah Didin.
Luapan
air yang berasal dari sungai Cilamaya itu, selain merendam ratusan rumah di
Perum Pratama Permai, genangan banjir juga merendam ruas jalan
Cilamaya-Cikalong di Dusun Pangkalan, Desa Mekarmaya, Kecamatan Cilamaya Wetan.
Namun demikian, arus lalu-lintas tidak terganggu karena para pengguna jalan
nekad menerjang genangan menggunakan kendaraan.
Seperti
diakui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang,yang mencatat ada empat kecamatan terdampak banjir
akibat air hujan yang mengguyur Karawang sejak tanggal 31 Desember 2019. Empat
kecamatan yang terdampak antara lain Cilamaya Wetan, Telukjambe Barat,
Purwasari dan Cikampek.
“Hasil
laporan ada 4 kecamatan yang terdampak banjir, dan yang paling parah adalah
desa Tegalwaru Kecamatan Cilamaya Wetan,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik
BPBD Karawang, Imat Ruchimat.
“Banjir
di Cilamaya Wetan itu disebabkan oleh intensitas hujan yang cukup tinggi dan
adanya luapan kali Cilamaya yang menggenangi pemukiman warga dengan ketinggian
30 sampai 50 centimeter,” ujar Ruhmat.
Dijelaskannya,
warga yang terdampak di Cilamaya sebanyak 886 orang dari 284 KK. Pihaknya sudah
menurunkan rim reaksi cepat untuk membantu mengevakuasi warga khususnya
anak-anak, ibu hamil dan orang tua.
Selain
rumah warga yang terendam banjir, lanjut Ruchimat, ratusan hektare sawah juga
terendam air akibat intensitas hujan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu,
pihaknya sudah menurunkan pasukan BPBD, PMI dan Damkar.
“Kami
juga meminta agar aparat setempat mulai dari tingkat desa dan kecamatan turun
tangan membantu keadaan yang sudah masuk dalan tanggap darurat ini,” katanya.
Ia
menambahkan, jika air belum surut maka BPBD juga bakal menyiapkan posko darurat
dan dapur umum untuk masyarakat yang terdampak banjir.
“Air
sampai saat ini masih meningkat, maka kedepan kita sudah menyiapkan berbagai
antisipasi,” pungkasnya.
Sementara
itu, sebagai tetangga cilamaya, dua desa di Kecamatan Banyusari, Karawang,
terendam banjir akibat kiriman air dari Bendung Barugbug yang menyebabkan
luapan sungai Cilamaya. Ketinggian air mencapai 1,5 meter sejak pukul 07.00
WIB. Dua desa tersebut yakni Desa Jayamukti dan Gempol Kolot. Warga yang
terkena banjir mengaku tidak bisa menyelamatkan barang-barang dalam rumah,
karena air luapan langsung masuk ke pemukiman. Sehingga sebagian perabotan
dalam rumah hanya ditumpuk di luar, sementara sebagian lain terendam dalam
rumah.
"Air
langsung membesar masuk pemukiman hingga masuk ke dalam rumah," kata
Sopandi, warga Jayamukti.
Kepala
Desa Gempol Kolot, Sunardi mengatakan jumlah rumah warga yang terdampak banjir
masih dalam pendataan karena debit air masih naik. Namun berdasarkan data
sementara ada 50 rumah yang sudah terendam banjir akibat luapan sungai
Cilamaya.
Data
di lapangan tercatat, di Desa Jaya mukti ada sekitar 200 rumah yang terdampak
banjir, sementara di Desa Gempol Kolot sekitar 50 rumah. Hingga saat ini, warga
masih bertahan di rumahnya masing-masing sambil menunggu banjir surut.
Kepala
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Asep Wahyu Suherman
mengatakan banjir itu merendam ribuan rumah di enam kecamatan hingga hari ini.
"Warga
terdampak banjir mencapai 2.807 kepala keluarga, atau sebanyak 7.986
jiwa," ujar Asep di Karawang, pada Kamis (2/1/2020) seperti dilansir
Antara.
Asep
mengatakan tidak semua warga korban banjir di Karawang mengungsi. Ada juga
warga yang masih bertahan di rumahnya, dengan alasan mengamankan perabotan
milik mereka. Berdasarkan data yang dihimpun BPBD Karawang, ribuan rumah warga
yang terendam banjir tersebar di Kecamatan Jatisari, Cilamaya Wetan, Banyusari,
Telukjambe Barat, Cikampek dan Purwasari. Banjir di enam kecamatan tersebut
melanda kawasan 15 desa.
Sesuai
dengan keterangan Asep, banjir tidak hanya merendam area permukiman, tapi juga
jalan raya dan areal persawahan di enam kecamatan. Permukiman warga di
desa-desa yang terlanda banjir, kata dia, terendam air setinggi 30 cm hingga
lebih dari satu meter. Selain itu, Kamis siang, debit air Sungai Citarum masih
tinggi. Serdangkan aliran Sungai Cibeet dan Sungai Cilamaya di Kawarang,
meluap. Asep mengimbau warga Karawang, khususnya yang tinggal di bantaran
sungai, meningkatkan kewaspadaan karena curah hujan diprediksi masih tinggi
hingga beberapa hari ke depan.
BMKG
memang sudah merilis peringatan soal kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem dan
hujan lebat di sejumlah wilayah pada 1-4 dan 5-7 Januari 2020. Jawa Barat
merupakan salah satu provinsi yang diprediksi dilanda hujan intensitas tinggi
pada dua periode itu.
Posko
banjir Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang, mencatat jumlah
pengungsi korban banjir di wilayah Karawang mencapai 812 jiwa. Mereka tersebar
di dua desa yakni Desa Karangligar dan Desa Karangmulya, Kecamatan Telukjambe
Barat.
"Jumlah
korban banjir 812 orang dari 265 Kepala keluarga," kata Kepala BPBD
Karawang, Asep Wahyu.
Dia
menjelaskan banjir di Karawang akibat luapan sungai Cibeet. Ketinggian air
mulai 50 sentimeter hingga 205 sentimeter. Korban banjir kebanyakan mengungsi
di rumah penduduk yang masih aman dari banjir.
Pihak
BPBD Karawang, kata Asep, sudah menyiagakan tenda pengungsian di tiga titik, di
Cilamaya 1 titik, di Telukjmabe barat 2 titik, fokus untuk untuk penanganan
korban banjir dan keselamatan warga. Asep juga menjelaskan di wilayah Kecamatan
Cilamaya ada sekitar 242 Kepala Keluarga korban banjir akibat luapan sungai
Cilamaya. Namun kondisinya sudah mulai surut.
“Alhamdulilah...”.