Sepertinya kemenangan Kang Emil bukan karena partai mana yg
mengusungnya, tapi Kang Emil menang lantaran namanya udah terkenal, terutama
bagi kalangan ‘milenial seperti anak muda dan orang dewasa yg berjiwa muda.
Jujurnya,, saya pun ga kenal sepak terjang Paslon Gubernur Jabar
lainnya kemarin, hanya sepintas mendengar nama Deddy yg jadi Bupati Purwakarta
dan Dedy Mizwar yg penah main film Naga Bonar. Calon selebihnya, sih.. “meneketehe.!
Tapi sepak terjang sosok Kang
Emil, sepertinya kita sudah dengar waktu jadi Walikota Bandung. Namanya cukup
TOP bersama Ibu Risma dan Ahok. Di Medsos pun, instagram Kang Emil banyak
sekali follorwersnya, dan pengikut di medsos lainya pun tak kalah lebih banyak.
Pokoknya untuk kalangan milenial.. kang Emil populer banget.
Setiap kiriman di sosmed, kang
Emil terkesan sebagai sosok "gaul" dan kekinian. Cara berpakaiannya
juga modis, gaya hidup yg modern serta cara ngomongnya yg asik dg selalu
menyertakan sentuhan Humor.
Sementara calon guberrnur lain di
Jabar kemarin, rasanya kebanyakan “menuakan diri ya?”.. Hanya murni sebagai politikus,
sperti ga menganggap keberadaan potensi dari kalangan melinial itu penting.
Dan.. Kang Emil sudah
membuktikan, bahwa kelompok modern dan gaul itu mempunyai peran penting dalam
dunia perpolitikan di tanah air.-- Dalam melancarkan upayanya menaklukkan hati
generasi milenial, Kang Emil memanfaatkan kemajuan teknologi dalam bidang
multimedia selama berkampanye. Mulai dari desain poster yg cantik, dg gambar2
menggelitik sampai dg video dokumenter inspiratif menghiasi sudut-sudut kota,
desa dan dunia maya.
Ini adalah hal baru dan inovatif
yg jarang sekali para politikus mempertimbangkannya dalam mensosialisasikan
program mereka. Kebanyakan masih dg gaya lama, konvensional dg cara
mengumpulkan massa yg butuh tempat dan perlu banyak waktu.—Sepertinya cara itu
udah kuno, ya.?
Ini pelajaran berharga bagi kita
dalam berpolitik. “Bahwa Hari Ini zaman sudah berubah”.. Kecerdasan masyarakat
sudah meningkat dan kriteria pemimpin yg baik di mata masyarakat pun sudah
tidak lagi digambarkan dg sosok yg ‘dituakan, melainkan sosok yg mampu berbaur
dan hadir dalam hati masyarakat yg dipimpinnya.