Nok.. malam ini Jakarta pun hujan, sperti di desamu, Cilamaya.. -Ehh,
kamu masih inget ga, sabtu sore dulu hujan pernah turun saat kita pulang
‘ngepel lantai sekolah.? -- Karena kerjabakti di luar jam sekolah, kamu datang
tidak pake seragam “cokelat putih.!”. Seragam kebanggaan SMP kita, yg ada
satu2nya di kecamatan Cilamaya..
Kamu nampak lebih cantik dg
‘Tshirt kuning dan ‘krag putih dipadu rok hitam pekat di bawahnya. -- Kliatan
lebih dewasa, seperti kita sebaya, padahal kamu adik kelas aku.. Adik kelas yg
misterius, susah banget didekatinya, Hihi..
Sore itu Tuhan spertinya memihak
aku.. hujan sengaja diturunkan agar kita bisa sama-sama berteduh di emperan
kantor KUD yg ada di kecepet.-- Dalam suasana hujan gerimis, aku beranikan diri
untuk menyapamu.. Aku perkenalkan diri, ..hujan jadi tambah menjadi waktu kamu
sebutin nama.
Rupanya kita berdua sama2
menyukai hujan.. “Hujan adalah rahmat dari Tuhan. Hujan bisa mendinginkan bara
api amarah.. Hujan bisa mententramkan hati yg gelisah”.– Akhirnya kita sepakat
untuk menerobos hujan, bersepeda bareng menuju pulang.
Sambil mengayuh sepeda
bersebelahan, kamu cerita banyak soal nikmatnya bermain hujan, tanpa takut
sakit atau kedinginan.. dan .. aku masih ingat, dg susah payah kamu mengayuh
sepeda sebab hujan dicampur angin terus menampari pipi putihmu..
Kata kamu sambil terus sejajar
besepeda.. “Aku merasakan hujan sebagai pelipur. Dengan adanya hujan aku bisa
menangis tanpa harus malu lagi. Biarlah air mataku ini bercampur dg air hujan
supaya orang-orang tidak mengerti sebab masalahku”.
Jujur.. waktu itu aku ga paham
apa yg kamu omongin, Nok.?. Setelah itu kamu langsung mempercepat laju speda..
kamu tinggalkan aku sambil katanya.. “Aku duluan,.. semoga besok kita bisa
bertemu kembali di sekolah.”.
Seakan ada nyala harapan dalam
jiwaku mendengar kata-katamu. Tapi besoknya pas bubar sekolah, aku hanya
melongo.. mencoba mengharapkanmu hadir dan bisa pulang bareng main air hujan
lagi.
Aku terus berdiri di warung yg
menghadap gerbang sekolah, mencari-cari wajah putihmu itu akan datang
menghampiri... Tetapi semakin hujan deras, semakin hilang pengharapanku. Kamu
tak jua kunjung datang..
Dan pelangi yg biasa mucul
setelah hujan reda, ikut-ikutan tak muncul pula.. “Kamu ajak pelangi untuk
meninggalkan aku, ya.?”
------
cilamaya, poe ‘beheula